Kamis, 30 Juli 2009

Dosa-dosa Demokrasi

10 Dosa Demokrasi


Ini adalah kajian singkat yang menjelaskan tentang beberapa indikasi destruktif dan bahaya yang ditimbulkan akibat terjun dan berkiprah dalam kancah demokrasi yang banyak orang tertipu dengannya dan menggantungkan harapan mereka kepadanya meskipun hal ini jelas-jelas bertentangan dengan manhaj Allah sebagaimana yang akan dijelaskan dalam kajian yang singkat ini, apalagi banyak sudah pengalaman pahit yang didapat oleh orang yang tertipu dengan permainan ini dan ditampakkan sisi penyimpangan dan kesesatannya

1. Sistem ini membuat kita lengah akan tabiat pergolakan antara jahiliyah dan Islam, antara haq dan batil, karena keberadaan salah satu di antara keduanya mengharuskan lenyapnya yang lain, selamanya tidak mungkin keduanya akan bersatu. Barangsiapa mengira bahwa dengan melalui pemilihan umum fraksi-fraksi jahiliyah akan menyerahkan semua institusi-institusi mereka kepada Islam, ini jelas bertentangan dengan rasio, nash dan sunan (keputusan Allah) yang telah berlaku atas umat-umat terdahulu.

"Tiadalah yang mereka nanti melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) atas orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan bagi sunnatullah dan sekali-kali tidak (pula) akan mendapati perpindahan bagi sunnatullah itu." (Surat Faathir: 43)

2. Sistem demokrasi ini akan menyebabkan terkikisnya nilai-nilai aqidah yang benar yang diyakini dan diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya yang mulia, akan menyebabkan tersebarnya bid'ah, tidak dipelajari dan disebarkannya aqidah yang benar ini kepada manusia, karena ajaran-ajarannya menyebabkan terjadi perpecahan di kalangan anggota partai, bahkan dapat menyebabkan seseorang keluar dari partai tersebut sehingga dapat mengurangi jumlah perolehan suara dan pemilihnya.

3. Sistem demokrasi tidak membedakan antara orang yang ‘alim dengan orang yang jahil, antara orang yang mukmin dengan orang kafir, dan antara laki-laki dengan perempuan, karena mereka semuanya memiliki hak suara yang sama, tanpa dilihat kelebihannya dari sisi syar'i. padahal Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah! Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (Surat Az-Zumar: 9)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Maka apakah orang yang beriman itu sama seperti orang yang fasiq? Mereka tidaklah sama." (Surat As-Sajdah: 18)

Dan Allah Ta'ala berfirman: "Maka apakah Kami patut menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu berbuat demikian, bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (Surat Al-Qalam: 35-36)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Dan anak laki-laki (yang ia nadzarkan itu) tidaklah seperti anak perempuan (yang ia lahirkan)." (Surat Ali Imran: 38)

4. Sistem ini menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan para aktivis dakwah dan jamaah-jamaah Islamiyah, karena terjun dan berkiprahnya sebagian dari mereka ke dalam sistem ini (mau tidak mau) akan membuat mereka mendukung dan membelanya serta berusaha untuk mengharumkan nama baiknya yang pada gilirannya akan memusuhi siapa yang dimusuhi oleh sistem ini dan mendukung serta membela siapa yang didukung dan dibela oleh sistem ini, maka ujung-ujungnya fatwa pun akan simpang-siur tidak memiliki kepastian antara yang membolehkan dan yang melarang, antara yang memuji dan yang mencela.

5. Di bawah naungan sistem demokrasi permasalahan wala' dan bara' menjadi tidak jelas dan samar, oleh karenanya ada sebagian orang yang berkecimpung dan menggeluti sistem ini menegaskan bahwa perselisihan mereka dengan partai sosialis, partai baath dan partai-partai sekuler lainnya hanya sebatas perselisihan di bidang program saja bukan perselisihan di bidang manhaj dan tak lain seperti perselisihan yang terjadi antara empat madzhab, dan mereka mengadakan ikatan perjanjian dan konfederasi untuk tidak mengkafirkan satu sama lain dan tidak mengkhianati satu sama lain, oleh karenanya mereka mengatakan adanya perselisihan jangan sampai merusakkan kasih sayang antar sesama!!

6. Sistem ini akan mengarah pada tegaknya konfederasi semu dengan partai-partai sekuler, sebagai telah terjadi pada hari ini.

7. Sangat dominan bagi orang yang berkiprah dalam kancah demokrasi akan rusak niatnya, karena setiap partai berusaha dan berambisi untuk membela partainya serta memanfaatkan semua fasilitas dan sarana yang ada untuk menghimpun dan menggalang massa yang ada di sekitarnya, khususnya sarana yang bernuansa religius seperti ceramah, pemberian nasehat, ta'lim, shadaqah dan lain-lain.

8. (Terjun ke dalam kancah demokrasi) juga akan mengakibatkan rusaknya nilai-nilai akhlaq yang mulia seperti kejujuran, transparansi (keterusterangan) dan memenuhi janji, dan menjamurnya kedustaan,berpura-pura (basa-basi) dan ingkar janji.

9. Demikian pula akan melahirkan sifat sombong dan meremehkan orang lain serta bangga dengan pendapatnya masing-masing karena yang menjadi ini permasalahan adalah mempertahankan pendapat. Dan Allah Ta'ala telah berfirman:

"Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada di sisi mereka (masing-masing)." (Surat Al-Mukminun: 53)

10. Kalau kita mau mencermati dan meneliti dengan seksama, berikrar dan mengakui demokrasi berarti menikam (menghujat) para Rasul dan risalah (misi kerasulan) mereka, karena al-haq (kebenaran) kalau diketahui melalui suara yang terbanyak dari rakyat, maka tidak ada artinya diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab, apalagi biasanya ajaran yang dibawa oleh para Rasul banyak menyelisihi mayoritas manusia yang menganut aqidah yang sesat dan menyimpang dan memiliki tradisi-tradisi jahiliyah.

sumber: Almuhajirun


Rabu, 29 Juli 2009

Jihad Sabiiluna (Selesai)


Faktor-faktor yang Menguatkan Keteguhan Hati

Faktor-faktor yang dapat menguatkan keteguhan hati sangat banyak. Namun disini kami hanya akan menyebutkan beberapa faktorsaja. Diantara faktor yang akan meneguhkan hati adalah:
1. Iman kepada Allah
Iman kepada Allah adalah faktor utama yang menjadikan hati untuk selalu berpegang kepada kebenaran. Keimanan yang mantap dan keyakinan yang kuat akan memandang remeh kesulitan-kesulitan dunia. Keimanan akan menjadikan pemiliknya selalu mendahulukan yang dicintai oleh Allah dari pada hawa nafsunya. Selain itu Allah akan meneguhkan hati orang-orang yang beriman.
Allah SWT berfirman:
"Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan perkataan yang kokoh ketika di dunia maupun akhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang dzalim dan Allah mengerjakan apa yang Dia kehendaki."(Ibrahim : 27)

2. Membaca Sirah Salafus Shalih
Membaca perjalanan hidup salafus shalih akan mendidik hati untuk saelalu tegar dalam memegang prinsip. Khususnya prinsip bahwa jihad adalah jalan untuk memperjuangkan Dinul Islam dan paling dekat menuju surga. Karena para salaf telah menjadikan jihad sebagai amal yang tak terpisahkan dalam hidupnya. Betapa mereka telah menjual jiwanya kepada Allah dan menyiramkan darahnya untuk menyuburkan pohon Islam.

Membaca sirah para salaf akan menjadikan kita seakan berada ditengah-tengah mereka. Kita akan ikut merasakan semangat mereka. Mereka betul-betul membuktikan kesungguhan mereka dalam berpegang teguh dengan Al Haq dengan menempuh jalan jihad.

3. Membaca dan Memahami Al Qur'an
Al Qur'an merupakan petunjuk utama untuk mencapai keteguhan iman. Al Qur'an merupakan penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Barangsiapa berpegang teguh dengan Al Qur'an, niscaya Allah akan memeliharanya. Barangsiapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah akan menyelamatkannya dan barangsiapa menyeru kepada Al Qur'an, niscaya Allah akan menunjukinya ke jalan yang benar.
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan bahwa diturunkannya Al Qur'an secara berangsur-angsur adalah untuk meneguhkan hati para hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah tatkala membantah tuduhan kaum kuffar, "Orang-orang kafir berkata: Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil." (Al Furqan : 32)
Diantara alasan mengapa Al Qur'an sebagai sumber utama untuk mencapai keteguhan, adalah karena Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, diturunkan untuk menentramkan hati manusia dan sebagai benteng bagi orang mukmin dalam menghadapi hempasan fitnah. Al Qur'an juga membekali muslim dengan konsepsi serta nilai yang dijamin kebenarannya, sehingga dia mampu manilai sesuatu dan menimbang sesuatu secara adil dan benar.

4. Berdzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya dzikir ini, Allah memadukan antara dzikir dengan jihad sebagaimana dalam firman-Nya:"Hai orang-orang yang beriman, buila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya."(Al Anfal : 45)
Dalam ayat tersebut Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Nabiyullah Yusuf Alaihis Salam pun memohon bantuan untuk mencapai tsabat dengan dzikrullah saat dirayu oleh seorang perempuan cantik yang mempunyai kedudukan tinggi. Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan kepada orang-orang beriman.

5. Berdoa
Diantara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah selalu memohon kepada-Nya agar diberi keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam firman Allah: "Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran : 250).
Agar hati tetap teguh, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan doa berikut ini, "Wahai Dzat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu."(HR. At Tirmidzi).
Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga selalu berdoa:"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam urusan apapun dan tekad kuat di tas kelurusan."

Demikian keteguhan di jalan jihad. Onak dan duri selalu menghiasi. Namun bagi orang yang beriman seberat dan sesulit apapun jalan yang ditempuh dia akan menikmati dan mencintainya. Bahkan jalan ini akan terasa manis walaupun kematian selalu membayanginya. Wallahu a'lam bishawwab.
(Yazid/ Media Islam An - Najah Edisi 44)







Selasa, 28 Juli 2009

Jihad Sabiiluna 2


Tegar di Jalan Jihad


Berkenaan ujian dan cobaan umat sebelum kita, Rasulullah mengabarkan, ketika di antara shahabat ada yang mengadu kepada beliau tentang kerasnya siksaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir, beliau bersabda:

"Telah terjadi atas orang-orang sebelum kalian seorang laki-laki disiksa dengan dibuatkan lubang di dalam bumi dan dia dimasukkan ke dalamnya. kemudian didatangkan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya lalu dibelah menjadi dua bagian. dan disisir dengan besi hingga mengeluas kulitnya, itu semua tidak menghalangi mereka dari din mereka..." (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikianlah orang-orang sebelum kita juga diuji oleh Allah. Jadi, seseorang yang telah bertekad meniti jalan kebenaran harus siap menerima ujian dan cobaan. Semakin teguh memegang prinsip maka selama itu pula akan semakin berat mendapat ujian dari Allah.

Namun hanya sedikit yang tahan dengan ujian dan cobaan. Banyak dari kalangan muslimin yang lebih memilih kompromi dengan musuh daripada memilih jalan jihad. Betapa banyak diantara mereka yang lebih memilih kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat yang kekal dengan mengkhianati din nya. Bahkan ada juga diantara kaum muslimin yang 'bertaubat' dari jihad fi sabilillah, bertaubat dari amalan yang paling utama kepada perbuatan memusuhi agama Allah dan para wali-Nya.

Teguh Memegang Prinsip adalah Kemenangan

Teguh di atas jalan dan prinsip jihad, apapun yang menimpa dirinya, baik siksaan, intimidasi, celaan bahkan pembunuhan merupakan satu kemenangan atas musuh-musuh Islam. Keteguhahan dalam memegang prinsip adalah salah satu bentuk kemenangan yang tiada ternilai harganya. Memegang prinsp yang diyakini ketika mendapat tekanan dan intimidasi bukan perkara yang mudah. Hanya mereka yang mempunyai pendirian kuat yang mampu meraihnya. Tentunya kemenangan ini tidal lepas dari pertolongan Allah yang meneguhkan hati para hamba-Nya yang beriman. Allah Ta'ala berfirman:
"Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan perkataan yang kokoh ketika di dunia maupun di akhirat. Dan Allah menyesatkan orang-orang dzalim dan Allah mengerjakan apa yang Dia kehendaki." (Ibrahim : 27)

Berkenaan ayat ini Abdurrahman bin Nashir As Sa'di berkata," Sesungguhnya Allah mengabarkan bahwa Dia meneguhkan para hamba-Nya yang mukmin. Yaitu mereka yang hatinya beriman dengan sempurna yang menuntut pengamalan anggota badan. Allah meneguhkan mereka di dunia. Ketika terdapat syubhat Allah meneguhkan dengan hidayah dan keyakinan, serta ketika datang syahwat Dia meneguhkan dengan iradah (keinginan) kuat hingga hamba tersebut lebih mendahulukan yang dicintai Allah dari pada hawa nafsunya (Taisirul karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil manan, hal 379).

Para Salaf dalam Memegang Prinsip

Jika kita membuka lembaran sejarah para salafus shalih, sungguh kita akan mendapati mereka adalah orang yang teguh dalam memegang prinsip. Mereka teguh memegang kebenaran dan tidak goyah dengan siksaan dan ancaman.
Lihatlah shahabat Bilal yang teguh memegang kebenaran walaupun dia harus menerima siksaan dari majikannya, Umaiyah bin Khalaf. Berbagai macam siksaan ditimpakan kepadanya, baik cacian, pukulan, cambukan, hingga beliau ditindih batu besar di tengah padang pasir dan di bawah terik matahari yang panas namun tidak merubah keyakinannya. Iman beliau tidak bergeming sedikitpun. Hanya kata ahad..ahad...ahad yang terlontar dari mulutnya.
Demikian pula Imam Ahmad yang dipenjara, disiksa dan dicambuki ketika menghadapi fitnah Khalqul Qur'an. Ia tetap teguh memegang aqidah yang benar. Ketika Mu'tashim membujuknya untuk mengakui bahwa Al-Qur'an adalah makhluk, beliau tetap teguh pada pendiriannya, hingga menjadikan Mu'tashim murka. Dia memerintahkan para tentaranya untuk melucuti pakaian sang imam, selain kain sarungnya, lalu merantainya, dan mencambukinya. Jumlah algojo yang ditugaskan untuk mencambuk beliau banyak sekali. Mereka bergantian dalam melaksanakan eksekusi ini.

Setiap hari mereka selalu mencambuki sang imam sampai beliau pingsan. Demikian mereka lakukan terus menerus. Cambukan para algojo ini telah meninggalkan bekas yang tak terbayangkan pada tubuh renta sang imam. Seseorang yang pernah datang untuk mengobati luka-luka yang ditimbulkan oleh cambukan itu berkata,"Demi Allah, aku telah melihat bekas seribu cambukan! Belum pernah aku saksikan bekas cambukan sehebat ini!" Walau demikian beliau tidak bergeser sedikitpun dari akidah yang benar.

Faktor-faktor yang Menguatkan Keteguhan Hati

1. ...... Bersambung

(Yazid/ Media Islam An-Najah Edisi 44)






Senin, 27 Juli 2009

Jihad Sabiiluna 1


Tegar di Jalan Jihad

Dalam memperjuangkan Dinul Islam tentu kita akan mendapati sekelompok orang yang akan menentangnya dengan berbagai bentuk dan cara. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya dan mengangkat senjata untuk menghalangi dakwah Islam. Jika kita tidak menjunpai ada cara lain untuk menghadapainya selain dengan jihad, maka jihad harus dilaksanakan untuk menyingkirkan para penentang dakwah dan orang-orang yang memerangi agama Islam hingga lenyaplah berbagai fitnah (kesyirikan) di muka bumi dan ketaatan semata-mata hanya untuk Allah. Allah berfirman:
"Dan perangilah mereka hingga tidak ada lagi fitnah dan agama seluruhnya menjadi miliki Allah, jika mereka berhenti maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan". (Al Baqarah : 193).
"Diwajibkan atas kalian berperang, padahala perang itu kalian tidak suka; bisa jadi kalian tidak suka kepada sesuatu padahal itu lebih baik bagi kalian, dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu padahal itu buruk bagi kalian. Dan Allah Maha tahu sedangkan kalian tidaklah mengetahui." (Al Baqarah : 216)

Jihad Jalan Menegakkan Islam
Jihad merupakan metode yang disodorkan Islam untuk menghadapi para penghalang dakwah dan orang-orang yang memusuhi Islam. Bahkan jihad merupakan salah satu jalan untuk menegakkan agama Islam. Agama Islam akan senantiasa tegak selama satu kelompok dari kaum muslimin melaksanakan jihad.
Dari Jabir bin Samurah, Rasulullah SAW, bersabda:
"Agama ini akan senantiasa tegak selama sekelompok dari kaum muslimin berperang hingga hari kiamat." (HR. Muslim)
Hadits di atas menunjukkan bahwa jihad fi sabilillah adalah satu jalan yang benar untuk menegakkan din. Agama Islam tidak akan pernah tegak kecuali dengan jihad. Selama hidupnya Rasulullah SAW tidak kurang dari 74 peperangan yang dilakukan kaum muslimin. Dengan perincian 47 Sariyah (perang yang tidak diikuti Rasulullah SAW) dan 27 Ghazwah (perang yang diikkuti Rasulullah SAW).
Jika jihad sebagai metode untuk memperjuangkan agama Islam, maka kita harus menolak seluruh metode lain yang tidak diperintahkan oleh Allah. Seperti berbagai cara jahiliyah yang dibuat berdasarkan hawa nafsu dan tidak diridhai Allah, seperti isti'anah (meminta pertolongan) kepada orang kafir.

Ujian di Jalan Jihad
Ini adalah prinsip yang harus dipegang erat-erat oleh setiap muslim, bahwa jihad adalah jalan untuk menegakkan dinul Islam. Memegang prinsip bahwa jihad merupakan metode perjuangan bukanlah perkara ringan. Karena setiap orang yang berpegang teguh denan manhaj jihad dalam memperjuangkan Islam tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Allah. Allah pasti akan menguji kesungguhan dan keteguhan prinsipnya. Baik ujian yang berupa celaan, intimidasi, siksaan bahkan pembunuhan dari musuh-musuh Allah. Sehingga keteguhan di atas kebenaran dan ujian akan jalan beriringan.

Allah berfirman:
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Al Ankabut : 2-3)

(Yazid / Media Islam An Najah Edisi 44 Mei 2009)
Bersambung.........

KOKAM

KOKAM