Rabu, 20 Juli 2011

KOKAM Sabiilillah: Pilot Project Liar Penguasa Indonesia

Pilot Project Liar Penguasa Indonesia

Pilot Project Liar Penguasa Indonesia

Insiden Ponpes Bima Rawan Jadi Pilot Project Liar Penutupan Ponpes Ngruki

By: Mustofa B. Nahrawardaya
Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) & Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah


PERNAHKAH anda membayangkan bagaimana caranya membuat citra Pondok Pesantren —yang selama ini dikenal berisi orang-orang menuntut ilmu agama— agar nampak buruk, radikal, dan dikesankan berisi orang-orang yang melawan ideologi negara? Sepertinya sangat susah.

Ternyata dengan sebuah peristiwa ledakan bom rakitan, hal itu bisa dilakukan. Bahkan, dengan hanya dengan satu ledakan kecil di Pondok Pesantren di pelosok kampung, hampir semua orang kemudian menuntut pentingnya pengawasan ekstra ketat terhadap semua Pondok Pesantren di Seluruh Indonesia. Seluruh perhatian kemudian terpusat pada pentingnya mengendalikan pondok pesantren agar terhindar dari pengaruh radikalisme dan terorisme.

Itulah yang disebut sebagai ‘dampak’. Bom adalah peristiwanya, dan citra buruk sebagai dampaknya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “dampak” diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik itu akibat negatif maupun akibat positif. (2008: 313).

Karena yang diinginkan bernama dampak, maka kadang peristiwanya bisa direkayasa sedemikian rupa agar dampak yang ditimbulkan bisa sesuai dengan keinginan pembuat peristiwa. Meski begitu, dampak dari peristiwa kadang juga di luar dugaan pembuat peristiwa. Namun yang pasti, dampak yang diinginkan sangat mudah dicapai dengan peristiwa yang diciptakan.

Mau tahu bagaimana sebuah peristiwa sangat penting untuk mendapatkan dampak yang diinginkan? Perhatikan fakta-fakta berikut:

Pertama, pasca Bom Bali 1 yang terjadi pada Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang, pemerintah kemudian membabi buta memburu seluruh orang-orang yang pernah belajar bom semacam Amrozi. Mereka tak tidak lain, adalah para veteran Mujahidin yang pernah berjuang dan berjihad di Afghanistan, Ambon dan Maluku. Jumlah mereka, menurut beberapa sumber, mencapai 3000 orang. Sebagian dari 3000 veteran mujahidin ini sudah dihabisi aparat di Indonesia maupun negara-negara tetangga. Maka dari itu, tidak sedikit pengamat menduga, peristiwa Bom Bali sengaja diciptakan untuk memaksa pemerintah agar bersemangat memburu para veteran mujahidin Indonesia, demi membalas dendam terhadap kejadian 9/11 yang merontokkan tower WTC di Amerika. Bagaimanapun, peristiwa 9/11 telah mempermalukan Amerika di mata negara-negara sedunia.

....Setiap hari muncul nama baru yang dikait-kaitkan dari kadang dari terduga yang sudah ditembak mati....

Dan, ternyata dampak dari Bom Bali 1 benar-benar sukses. Pemerintah sangat bersemangat memburu mereka, dengan bantuan dana dan perlengkapan dari Amerika. Yang menjadi janggal, teroris kini tidak pernah habis meski Densus sudah menangkapi dan menembak mati dedengkot-dedengkot yang dituding teroris macam Noordin M Top, Dr Azahari, Dulmatin, dan lain-lain. Setiap hari muncul nama baru yang dikait-kaitkan dari kadang dari terduga yang sudah ditembak mati.

Kedua, Berbagai peristiwa bom di Indonesia pasca Bom Bali 1 juga meninggalkan dampak luar biasa. Banyak keluarga Muslim yang misalnya istrinya mengenakan cadar, berbaju gamis, celana ngantung, berjenggot, atau semacam itu, akhirnya menjadi terkucilkan. Mereka bahkan sudah tercap sebagai ‘kelompok’ calon teroris meskipun tidak melakukannya.

Ini gara-gara Polisi sering membiarkan media over blow-up mengambil gambar dan mempublikasikan terduga pelaku bom yang selalu bercelana ngantung, berjenggot, berbaju gamis, dan beristri cadaran. Dan anehnya, cara-cara ini terus menerus digunakan oleh Densus 88 setiap kali ada peristiwa bom.

Lebih bodoh lagi, Densus 88 tak segan menyertakan kitab suci Umat Islam bernama Al-Qur’an sebagai barangbukti terorisme. Mungkin dengan kebijakan murahan itu, ada keinginan agar penyitaan Al-Qur’an bisa berdampak negatif: agar orang Islam takut menyimpan Al-Qur’an di rumah. Atau orang Islam takut membawa bahkan menampakkan Al-Qur’an di tempat umum.

....Lebih bodoh lagi, Densus 88 tak segan menyertakan kitab suci Umat Islam bernama Al-Qur’an sebagai barangbukti terorisme....

Yang memprihatinkan, cara-cara polisi menggelandang terduga teroris, sangat mirip cara pasukan Amerika. Dan sudah seperti pemandangan di Timur Tengah: terborgol, terantai kakinya, dilakban matanya, dan diseret-seret. Jika melihat itu, kita sepertinya tidak sedang berada di Indonesia yang dikenal santun. Jangan-jangan seluruh pasukan Densus 88 itu tampak beringas karena berbeda agama dengan para Mujahidin?

Ketiga, Kasus terakhir, bom di Pondok Pesantren Umar Bin Khatthab (UBK) Bima, Nusa Tenggara Barat. Tidak jelas, siapa yang merakit, menaruh, dan meledakkan bom itu. Yang jelas, sebelum ada bom, dikabarkan anggota Polsek setempat yakni Brigadir Rokhmad tewas dibunuh oleh salah satu santri ponpes UBK. Pada Kamis tanggal 30 Juni 2011 siang, polisi naas itu ditikam pelaku bernama Saban Abdurrahman. Sebenarnya publik juga belum mengetahui latar belakang penusukan itu, mengapa tiba-tiba ada penusukan hingga menewaskan seorang polisi. Satu-satunya sumber, hanya datang dari polisi sendiri. Kata polisi, pelaku menikam polisi karena ada perintah tuhan untuk membunuh korban yang dianggap kafir.

Tahu-tahu, sebuah bom meledak beberapa hari setelah polisi menangkap pelaku penusukan. Tepatnya Senin tanggal 11 Juli 2011, sebuah bom kecil tiba-tiba meledak di dalam ponpes UBK. Siapa yang merakit, dan meledakkan bom itu? belum diketahui. Dengan adanya ledakan tersebut, kini ada alasan polisi untuk memasuki pondok. Polisi lalu menangkapi santri dan kembali menenteng satu peti Al-Qur’an sebagai barangbukti, selain beberapa barangbukti lain yang ‘lazim’ ditemukan di TKP bom: VCD Jihad, rangkaian bom, CPU, printer, dan lain-lain.

Polisi juga menyebut dugaan adanya bom adalah untuk membalas dendam polisi karena menangkap Ubaid, salah satu tersangka pelatihan militer yang konon ada kaitan dengan Ponpes UBK! Belakangan polisi mengaitkan mereka dengan JAT-nya Ustadz Abu Bakar Ba’asyir karena ada jaket bertuliskan Jamaah Ansharut Tauhid.

Dampak berikutnya, beberapa tokoh masyarakat buru-buru menyuarakan perlunya pemerintah mengawasi semua pondok pesantren. Salah satu ormas Islam underbow PBNU, GP Ansor malah langsung membentuk Densus 99 untuk membantu Densus 88 —sebuah langkah yang rancu. Sudah tentu, banyak yang meminta agar ponpes UBK nantinya akan ditutup.

....Bisa jadi, peristiwa di Ponpes Bima adalah sebuah pilot project liar untuk kelak bisa dipakai polanya, menutup Ponpes Al-Mukmin Ngruki di Solo....

Jika benar ponpes UBK ditutup, itulah dampak paling berbahaya. Karena jika hanya karena sebuah ledakan kecil kemudian berhasil menutup operasi sebuah Pondok Pesantren, maka kejadian serupa akan terulang di pondok pesantren lain. Ingat, masih ribuan veteran Mujahidin yang belum dihabisi aparat. Artinya, mereka bisa saja satu demi satu digilir dan dibuat sedemikian rupa agar terlibat dalam aksi terorisme yang melibatkan ponpes tertentu, lalu dipakai alasan untuk menutup Pondok Pesantren itu.

Bisa jadi, peristiwa di Ponpes Bima adalah sebuah pilot project liar untuk kelak bisa dipakai polanya, menutup Ponpes Al-Mukmin Ngruki di Solo. Apalagi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah mendekam di tahanan, kemungkinan melakukan aksi serupa di Ngruki sungguh sangat mudah. Apakah caranya dengan akan ‘ledakan’ juga, atau dengan variasi lain? Kita tunggu. [taz/voa-islam.com]

Sabtu, 09 Juli 2011

KOKAM Sabiilillah: Jihad Dalam Islam

KOKAM Sabiilillah: Jihad Dalam Islam

Jihad Dalam Islam


Jihad Dalam Islam


Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (At-Taubah:19)

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (At-Taubah:73)

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. ( At-Taubah:123)

diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah:216)

Ayat-ayat tentang persoalan ini masih banyak. Sedangkan hadits yang berkaitan dengan tema ini di antarantya adalah sebagai berikut:

Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah ditanya, ‘Amalan apa yang paling utama?’ Beliau menjawab,’Beriman kepada Allah.’ ‘Kemudian?’ Beliau menjaab,’Jihad di jalan Allah.’ ‘lalu?’ Beliau menjawab,’Haji mabrur.” (Shohih Muslim, Kitab Al-Iman, no. 135 dan Shohih Bukhari, I/77.

Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari danm muslim dari Abdullah bin Abi Aufa, bahwa pada hari pertemuan dengan musuh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menunggu sampai matahari condong lalu beliau berdiri di hadapan banyak orang dan bersabda,”Wahai manusia, janganlah kalian berharap untuk berjumpa musuh. Mohonlah keselamatan kepada Allah. Jika kalian berjumpa musuh, bertahanlah. Ketahuilah, sesungguhnya surge berada di bawah naungan pedang. (Al-Lu’lu’ wa Al-Marjan, no. 1137)

Dari Abu Hurairah, dia berkata,”Datang seorang laki-laki kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, berkata’Wahai Rasulullah, beri tahukanlah padaku suatu amalan yang setara dengan jihad di jalan Allah!’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak ada’. Lalu beliau bersabda,’ Apakah kamu mampu, ketika seorang mujahid pergi berjuang di jalan Allah, kamu masuk masjid, lalu berdiri sholat dan tidak berhenti, dan kamu berpuasa tanpa berbuka?’ Ia berkata, ‘Aku tidak akan mampu.’” HR. Bukhori, IV/6

Dari Imran bin Al-Hushain, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Keberadaan seseoranbg di barisan jihad di jalan Allah lebih utama daripada ibadah seseorang selama 60 tahun.” (Sunan Darami, 2401)

Dari Abu Hurairah berkata,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Setiap orang yang meninggal akan ditutup amalnya, kecuali para penjaga perbatasan (murabith) di jalan Allah. Sesungguhnya amalnya akan terus mengalir sampai dia dibangkitkan.” (Sunan Abu Daud, 4158) (HR. Ahmad, IV/150

Uqbah bin Amir setiap akan keluar rumah untuk latihan memamah, meminta seseorang untuk mengikutinya. Dia pun berkata,”Tampaknya orang ini hamper merasa bosan.” Lalu dia berkata,”Maukah kamu kuberi tahu hadits yang kudengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam?” Orang itu menjawab,”Baiklah.” Dia pun berkata,”Aku mendengar beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,” Sesungguhnya Allah memasukkan ke syurga tiga orang lantaran satu buah anak panah, yaitu pembuatnya, yang membuatnya untuk kebaikan, orang yang mempersiapkannya di jalan Allah; dan orang yang melemparkannya di jalan Allah…”(HR. Ahmad, IV/148)

Sebuah riwayat, telah diterima dari Salamah bin Nufail al Kindi, dia berkata: Ketika aku sedang duduk di dekat Rasulullah , tiba-tiba ada seorang lelaki bertanya: “Wahai Rasulullah, orang-orang sudah tidak lagi mengurus kuda mereka dan meletakkan senjata mereka, dan mereka mengatakan: Tak ada lagi jihad, perang telah usai!. Rasulullah menghadapkan wajahnya dan berkata: "Mereka dusta!. Sekarang telah datang masa perang, dan akan senantiasa ada di antara umatku sekelompok orang yang berperang membela kebenaran, dan Allah memalingkan hati banyak kaum pada mereka dan memberi rizki mereka dari (harta musuh) mereka hingga hari kiamat tiba, sehingga janji Allah datang. Kuda itu tertambat pada ubun-ubunnya kebaikan hingga hari kiamat."Thaifatul Manshurah :Abu Basyir,Sunan an Nasa’ie – no: 3333.

Hadits tentang jihad masih sangat banyak, sampai Al-Hafizh Ibnu Asakir menyusun sebuah kitab dengan judul “Al-Arba’un fi Al-Hatsi ‘Ala Al-jihad” (40 Hadits tentang Anjuran Jihad).

Dari nash-nash ini dan banyak lagi nash yang lain, kaum muslimin menjadi tahu bahwa jihad merupakan kewajiban yan telah ditetapkan oleh Allah atas kaum Muslimin. Allah merangsang mereka aghar gemar berjihad, lalu Allah memberikan pahala dan balasan di akhirat atas ketaatan ini, yang tidak diberikan dalam ibadah dan ketaatan lain. Secara otomatis jihad akan menjadi fardhu ain bagi setiap Muslim yang mampu di negeri Islam.

Manakala jihad merupakan kewajiban umat Islam, maka Allah memerintahkan mereka mempersiapkan diri untuk berjihad. Allah berfirman,

"dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)". ( Al-Anfal:60)

Mempersiapkan segenap kemampuan adalah suatu kewajiban yang mengiringi kewajiban jihad. Ayat di atas memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan dengan beragam bentuk, jenis, dan sarananya. Secara khusus, ayat ini menyebutkan tentang kuda-kuda yang ditambatkan, karena memang kuda adalah alat yang baik di segala medan. Kita masih ingat perang Afganistan? Walau sudah banyak mobil dan angkutan modern namun ternyata kuda masih sangat di butuhkan dalam peperangan itu. Islam harus memiliki kekuatan untuk bergerak dimuka bumi ini demi membebaskan umat manusia. Sasaran dari kekuatan ini adalah:

  1. Meyakinkan orang-orang yang telah memilih aqidah Islam, sehingga setelah mereka berpegang teguh padanya dan tidak akan mudah terbujuk.
  2. Menggetarkan musuh Allah dan musuh Muslimin, sehingga mereka tidak berpikir untuk menyerang atau menganggu.
  3. Menggetarkan musuh-musuh sehingga mereka tidak berpikir untuk menghentikan penyebaran Islam dalam rangka membebaskan seluruh umat manusia dari belenggu kekafiran.
  4. Menghancurkan seluruh kekuatan yang menyematkan sifat ketuhanan pada dirinya. Dan menundukkan dunia pada kekuasaan Allah

Kemudian dalam kitab Mukhtashar Ibnu Katsir ada keterangan hadits sebagai berikut. Dari Uqbah bin Amir, dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda dan beliau sedang berdiri di atas mimbar, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar (membidik), ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar (membidik), ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar (membidik).”(HR. Muslim, Abu Daud, dan lainnya)

Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwasannya melempar (membidik) merupakan suatu ketrampilan yang dapat diperoleh dengan belajar dan latihan yang kontinyu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan para sahabatnya untuk belajar dan latihan membidik (memanah). Imam Bukhari meriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ berkata,” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam keluar menemui kelompok orang Bani Aslam yang sedang berlomba membidik (memanah), lalu beliau bersabda,’Wahai Bani Ismail, membidiklah (memanahlah), sebab nenek moyang kalia adalah ahli membidik (memanah). Membidiklah (memanahlah), sementara aku di pihak Bani Fulan.’ Kemusian salah satu pihak menahan diri tidak jadi membidik (memanah). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pun bersabda,’Mengapa kalian tidak jadi membidik (memanah)?’ Mereka menjawab, ‘Bagaimana kami membidik (memanah), sedangkan Anda di pihak mereka?’ Beliau bersabda,’membidiklah (memanahlah), aku bersama kalian semua’. Lalu mereka saling berlomba membidik (memanah). Yang satu tidak melebihi yang lain.” (HR. Bukhari)

Demikianlah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mendidik para sahabatnya dalam keterampilan membidik (memanah). Keahlian membidik (melempar) dan ketepatan sasaran sampai sekarang masih menjadi salah satu kekuatan angkatan perang yang paling fenomenal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pun memperingatkan umatnya untuk tidak meninggalkan keterampilan membidik (melempar). Imam Ahmad meriwayatkan dari Uqbah bin Amir, dia berkata,”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Barangsiapa meninggalkan keterampilan membidik (melempar) setelah ia mengetahuinya, maka itu berarti kenikmatan yang di kufuri”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi, hadits hasan shohih).

Dalam tafsir Taisir Al-Karim Ar-rahman fi Tafsir Kalam Al-manan ada keterangan sebagai berikut.” …Persiapkanlah untuk menghadapi musuh-musuh kafirmu yang terus berusaha menghancurkan kalian dan memusnahkan Din kalian, segala hal yang kalian mampu, baik berupa daya intelektual, kekuatan fisik, segala macam alat perang, dan sebagainya. Dengan kata lain, mempersiapkan semua hal yang dapat mendukung untuk memerangi mereka. Termasuk di dalamnya adalah pembangunan pabrik senjata yang memproduksi berbagai macam senjata dan alat perang, sarana pertahanan, serta strategi perang dan politik, yang dengannya kaum Muslimin akan maju dan kuat.”Oleh karena itu , rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “ Ketahuilah, bahwa kekuatan itu adalah membidik (melempar)…”

Satu hal yang perlu kita perhatikan adalah bahwasannya persiapan untuk jihad itu mencakup dua aspek pokok, yaitu personal dan peralatan, namun persiapan personal lebih di dahulukan daripada peralatan. Kita bisa mengkaji tentang kisah peperangan Rasulullah dan para sahabat meskipun jumlah pasukan dan persenjataan terbatas namun bisa mengalahkan pasukan yang jauh lebih banyak dan peralatan jauh lebih lengkap, dan pernah mengalami kerugian dan hampir diujung kekalahan walaupun dari segi jumlah dan peralatan memadai. Semua itu dikarenakan oleh faktor personal-personal. Seperti dalam perang Uhud dan perang Hunain. Dan kita bisa mengkaji juga kisah-kisang perang modern saat ini misalnya, Afganistan, Iraq, Chechnya, Pakistan dan lain sebagainya.

Bahkan persiapan itu sendiri seharusnya dimulai sejak berada dibuaian ibu, khususnya persiapan jihad, karena jihad ini menuntut persiapan spiritual, intelektual, sikap mental dan fisik. Kaum Muslimin dalam rangka melaksanakan kewajiban jihad dutuntut untuk melaksanakan tarbiyah askariyah untuk seluruh generasi umat Islam. Karena tarbiyah askariyah merupakan bagian dari terbiyah Islamiyah.

Yang perlu lebih ditekankan lagi adalah kewajiban tarbiyah askariyah atas seluruh umat Islam. Perang itu memerlukan peralatan dan latihan fisik lebih-lebih penguatan ruhiyah yang siap memikul beban perang, pengetahuan berbagai teknik perang, dan keberanian yang telah ditempa sejak kecil. Setiap orang Muslim harus memperhatikan masalah ini. Ada atsar dari sahabat Nabi yang memerintahkan kita untuk menaruh perhatian pada generasi penerus kita yang berbunyi,” Ajarilah anak-anakmu berenang, membidik (melempar), menunggang kuda, dan suruhlah melompat ke punggung kuda. (Sa’id Hawwa, Jundullah, 252)

Jika berenang itu untuk menguatkan tubuh, mengencangkan otot, dan melarutkan lemak, maka membidik dengan menggunakan berbagai macam alat perang merupakan teknik perang yang sangat penting sampai saat ini. Seharusnya semua mujahid Islam berlatih menggunakan semua jenis alat tersebut, seperti pistol, senapan, senapan otomatis, granat, roket, mortal , dan sebagainya.

Tentang menunggang kuda, di samping kuda adalah tunggangan yang efektif di segala medan ternyata berlatih menunggang kuda juga melatih keseimbangan dan memacu kecerdasan seorang anak, maka ketika ada anak yang autis maka disarankan untuk dilatih menunggang kuda. Demikian juga berlatih memanah, dengan berlatih memanah maka otak seorang anak akan terlatih untuk fokus dan itu juga termasuk sesuatu yang bisa memacu kecerdasan seorang anak.

Manakala fungsi Daulah Islamiyah/Khilafah Islamiyah adalah untuk menundukkan dunia pada kekuasaan Allah, maka wajib atasnya untuk mempersiapkan suatu persiapan sempurna yang menuntut adanya personal terlatih dan spesialis. Namun semua ini tidak mudah dilakukan, kecuali bila umat ini merupakan para pejuang dan selalu siap berperang. Oleh karenanya, Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! (An Nisa : 71)

Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(At Taubah : 41)

(KOKAM Sabiilillah)

KOKAM

KOKAM