Kamis, 11 Juni 2009

Sholawat Berbau Syirik

AWAS !! SHOLAWAT BERBAU SYIRIK

SHOLAWAT NARIYAH

Sholawat nariyah sering dibaca oleh sebagian kalangan kaum muslimin. Dipercayai oleh sebagian pihak bahwa sholawat ini punya kasiat luar biasa. Sholawat nariyah yang sangat terkenal itu bunyinya sebagai berikut :

اللهم صل صلاة كاملة وسلام سلام تاما على سيد نا محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب وتنال به الرغائب وتقضى به الحوائج ويستسقى الغمام بوجهه الكريم عدد كل لمحة ونفس بعدد كل معلوم لك

“Wahai Allah! Curahkanlah rahmat yang sempurna dan kesejahteraan yang sempurna kepada sayyidina Muhammad sebanyak jumlah kedipan mata, hembusan nafas dan sebanyak seluruh apa yang Engkau ketahui. Yang dengannya segala ikatan menjadi lepas (segala kesulitan akan terselesaikan), segala kesedihan akan lenyap karenanya, dan dengannya segala cita-cita tercapai, dengannya pula segala kebutuhan akan terpenuhi, dan dengan wajahnya mulia awan berubah menjadi hujan.”

Sholawat untuk Rasulullah SAW tersebut mengandung kalimat syirik. Kalau kita mau mengkaji berbagai buku dan kitab untuk melacak sumber dan asal-usulnya maka akan sia-sia. Asal-usulnya gelap, kegelapannya seakan sepekat kegelapan lumpur kesyirikan yang dikandungnya. Dalam buku-buku hadits, fikih, dan tasawuf manapun tidak ditemukan siapa pencetus dan pencipta sholawat yang telah membodohi jutaan orang awam tersebut.

Kalau kita perhatikan dari sholawat tersebut maka akan jelas ada bau kesyirikan yang jelas, “ Yang dengannya segala ikatan menjadi lepas (segala kesulitan akan terselesaikan) “ . Berarti bukan karena Allah tapi karena Rasulullah saw. “segala kesedihan akan lenyap karenanya”. Jadi bukan karena pertolongan, rahmat, atau karunia Allah, dst. Coba dicerna dan pahami.

Sholawat tersebut mengandung kalimat yang bertentangan dengan ayat al-Qur’an, :

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.” Surat az-Zumar:38

“Katakanlah: " Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya”.Surat Saba:22

YA RABBI BIL MUSHTHAFA

Ada syair lain yang juga sangat akrab di berbagai daerah. Sering dilantunkan di masjid-masjid atau surau-surau dengan suara merdu bersama-sama atau sendirian. Kalau kita pahami artinya maka syair tersebut pun tidak terlepas dari unsur kesyirikan. Coba kita perhatikan sejenak syair tersebut :

يارب بالمصطف بلغ مقاصدنا واغفرلنا مامضى ياواسع الكرم

Wahai Tuhanku dengan al-Mustafa (salah satu sebutan Rasulullah saw) jadikanlah tujuan-tujuan kami tercapai dan ampunilah dosa-dosa kami yang telah lampau wahai Tuhan yang luas kemurahan-Nya”

Letak kesyirikan syair tersebut adalah menjadikan Rasulullah saw sebagai wasilah untuk mendapat pencapaian cita-cita dan ampunan. Rasulullah saw, para sahabat, para imam madzhab yang empat dan seluruh ulama shaleh tidak pernah mempraktikkan atau mengajarkan doa semacam itu. Doa dengan memakai perantaraan kehormatan dan derajat orang yang sudah mati.

SHOLAWAT BADAR

Sholawat dan salam Allah semoga terlimpah kepada Thaha, sang utusan Allah

Sholawat dan salam dari Allah semoga terlimpah kepada Yasin sang kekasih Allah

Kami bertawasul dengan nama Allah dan Rasulullah saw sang pemberi petunjuk

Juga dengan setiap mujahid di jalan Allah, dengan pahlawan Badar pula wahai Allah

Wahai Tuhanku! Selamatkan umat dari kerusakan, murka, kesedihan, dan bencana karena pahlawan Badar, wahai Allah!

صلاة الله سلام الله على طه رسول الله

صلاة الله سلام الله على يس حبيب الله

تو سلنا ببسم الله وبا لهادي وسول الله

وكل مجاهد لله بأهل البدر ياالله

إلهي سلم الأمة من الآفات والنقمة

ومن هم ومن غمة بأهل البدر ياالله

Dan syair selanjutnya masih cukup panjang, yang kesemuanya mengandung unsur syirik

Berdoa dengan cara bertawasul kepada Rasulullah saw dan para pahlawan tidak dijumpai dalil. Perintahnya adalah berdoa langsung sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

Dan Aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan Aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan Aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku". Maryam : 48

Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” al-jin : 18

Bertawasul dengan orang yang sudah mati tidak pernah dilakukan oleh para Nabi, shahabat, maupun para ulama salaf dan imam madzhab. Bahkan menurut Komisi Tetap untuk Penelitian Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia kebiasaan tawasul semacam ini termasuk syirik

Semoga apa yang saya sampaikan ini menjadi bahan renungan dan kita ini terlepas dari perilaku-perilaku syirik yang menyebabkan kita terjerumus di neraka. Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya pada kita dan memberikan kemudahan serta kekuatan pada kita untuk mengetahui yang benar maupun yang bathil.

Abdullah al-Muttaqin

Pertolongan

Kapankah Pertolongan itu Datang?

Pertolongan Allah itu mahal dan tidak diberikan kepada sembarang muslim. Pertolongan dari Allah hanya diberikan kepada satu thaifah (kelompok) khusus yang memiliki sifat-sifat tertentu. Thaifah ini telah dipersiapkan oleh Allah untuk mendapatkan pertolongan dari–Nya dan untuk melaksanakan perintah-Nya. Allah mentarbiyah mereka dengan tarbiyah khusus sehingga nantinya mereka layak dikuasakan di muka bumi dan sanggup untuk menegakkan dien dengan segala keistimewaan dien itu. Thaifah yang akan mendapatkan pertolongan inilah thaifah yang disebut oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, “Akan senantiasa ada satu thaifah dari umatku yang berdiri kukuh di atas kebenaran. Orang-orang yang menghinakan mereka tidaklah mendatangkan mudlarat bagi mereka. Sampai tiba keputusan Allah, mereka tetap dalam keadaan itu”.(HR. al-Bukhariy, Muslim, at-Tirmidziy, Ibnu Majah). Dalam memenangkan pertempuran melawan musuh, thaifah yang berdiri kukuh di atas kebenaran ini tidak pernah mendapatkan kemenangan itu dikarenakan jumlah mereka banyak. Sebaliknya, jumlah mereka selalu sedikit. Dan sepanjang zaman, ahlul-iman dapat mengalahkan musuh-musuh mereka bukan dengan jumlah dan bekal logistik mereka, tetapi mereka dapat memenangkan dengan berbekalkan dien ini. Dien yang dengannya Allah memuliakan mereka, seperti yang dikatakan oleh ‘Abdullah bin Rawahah dalam perang Mut’ah.”Kita tidak memerangi manusia dengan bilangan, kekuatan, dan jumlah kita. Kita hanya memerangi mereka karena dien ini. Dien yang Allah memuliakan kita dengannya.”(Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq).

Bahkan, jika anda memperhatikan semua kancah peperangan antara kaum muslimin dengan musuh-musuh mereka Anda akan mendapati jumlah dan perbekalan kaum muslimin jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah dan perbekalan musuh. Kebenaran ada pada Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau menulis surat kepada panglima perangnya,’Amru bin ‘Ash. Bunyinya,”Semoga keselamatan senantiasa dilimpahkan kepadamu! Suratmu yang mengabarkan bahwa Romawi telah mengumpulkan pasukannya yang jumlahnya sangat banyak telah sampai. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kemenangan kepada kita kala bersama Nabi-Nya saw dengan banyaknya perbekalan dan jumlah pasukan. Dahulu, kita pernah berperang bersama Rasulullah saw sedangkan yang kita miliki hanyalah dua ekor kuda. Adapun kita sendiri, waktu itu hanya berjalan di belakang onta. Dalam perang Uhud yang disertai Rasulullah saw pun kami hanya membawa seekor kuda yang ditunggangi oleh beliau saw. Meski demikian, Allah tetap memenangkan dan menolong kita atas orang-orang yang menyelisihi kita. Juga, ketahuilah bahwa manusia yang paling taat kepada Allah adalah orang yang paling benci kepada kemaksiatan. Maka, taatilah Allah dan perintahkan sahabat-sahabatmu untuk mentaatinya!(Diriwayatkan oleh at-Thayalisiy dari al-Waqidiy dari ‘Abdullah bin ‘Amru ra).

Sungguh sunnatullah itu tidak berlaku bagi orang-orang tertentu saja. Baik untuk kemenangan atau pun kekalahan, keduanya ada sebabnya. Barangsiapa diberi taufiq oleh Allah berupa sebab-sebab kemenangan, niscaya Allah akan memenangkannya. Begitu pun sebaliknya, barangsiapa tidak diberi taufiq oleh Allah hendaknya ia tidak mencela selain mencela dirinya sendiri. Dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’:123 Allah berfirman:”(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya diberi pembalasan dengan kejahatan itu. Jika sebuah jamaah Islam menghajatkan kemenangan atas musuh-musuhnya, maka ia harus memenuhi sebab-sebab datangnya kemenangan. Sama seperti yang dilakukan oleh para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Memerinci sebab-sebab kemenangan secara detail akan menghabiskan banyak halaman. Karenanya saya hanya akan menyebutkan secara global, sebab-sebab yang melatarbelakangi seluruh kemenangan agung yang dicapai oleh para sahabat dan para tabi’in.Tersebut dalam sirah, bahwa musuh-musuh para sahabat itu tidak pernah mampu bertahan lama di dalam peperangan melawan mereka. Bahkan ketika Heraclius mendengar kabar bahwa Romawi telah bertekuk lutut, ia berkata,”Celaka kalian! Coba ceritakan tentang musuh yang memerangi kalian itu! Bukankah mereka juga manusia seperti kalian?!”Mereka menjawab,”Benar…”. “Jumlah kalian lebih banyak ataukah sebaliknya?”,tanyanya lagi.”Bahkan jumlah kami berlipat-lipat lebih banyak daripada jumlah mereka di dalam setiap kancah.”, jawab mereka.”Lalu, ada apa dengan kalian sehingga kalian menjadi pecundang?,”Salah seorang pembesar mereka menjawab,”Karena mereka semua bangun menunaikan shalat malam, mereka berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mereka beramar ma’ruf nahi munkar, serta mereka saling tolong menolong. Juga karena kami semua meminum arak, berzina, melanggar yang haram, menyelisihi janji, berbuat ghashab, berbuat zhalim, menyebarkan perseteruan, meninggalkan hal-hal yang diridlai oleh Allah, serta membuat kerusakan di muka bumi.” “Benar yang kamu katakan.”, komentar Heraclius.(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Marwan al-Malikiy, Ibnu ‘Asakir dari Ibnu Ishaq).

Dengan kecerdasannya seorang pembesar Romawi telah menyimpulkan tentang sebab-sebab kemenangan dan kekalahan. Ia menjelaskan bahwa pasukan muslimin telah memenuhi semua sebab untuk mendapatkan kemenangan, total. Sebaliknya, Romawi telah memenuhi semua sebab untuk mendapatkan kekalahan, total. Seorang mata-mata Romawi yang dikirim untuk mencari tahu kabar dan keadaan kaum muslimin, menguatkan pernyataan di atas. Waktu itu menjelang penaklukan kota Syam, sepulang dari memata-matai pasukan muslimin ia melaporkan semuanya. Ia berkata,”Mereka adalah pendeta di waktu malam dan ahli menunggang kuda di siang hari. Jika salah seorang anak raja mereka mencuri, mereka tetap memotong tangannya. Jika ia berzina ia pun akan dirajam, demi menegakkan kebenaran pada diri mereka.”

Ada juga salah seorang pengikut setia Thulaihah al-Asadiy yang menceritakan tentang sebab-sebab kemenangan dan kekalahan. Ketika Thulaihah melihat banyak sekali pasukannya yang menjadi pecundang di medan perang, ia berkata,”Celaka! Apa yang membuat kalian kocar-kacir begini?!”Salah seorang pengikut setianya itu menjawab,”Saya beritahukan kepadamu apa yang membuat kita kalah total. Sesungguhnya tidak seorang pun dari mereka yang menginginkan sahabatnya terbunuh lebih dahulu. Kami benar-benar mendapati suatu kaum yang semuanya ingin kematiannya datang lebih dahulu daripada kematian sahabatnya. (Diriwayatkan oleh Walid bin Muslim dari Yahya bin Yahya al-Ghassaniy).

Ada pula seorang mata-mata Romawi yang diutus oleh penguasa Damaskus. Ketika itu pasukan muslimin datang dari arah Yordania. Mata-mata itu berkata,”Saya datang kepada Anda usai berjumpa dengan kaum yang tubuh mereka kurus kering, mereka mengendarai kuda-kuda pilihan, di malam hari mereka bagai pendeta, dan di siang hari mereka adalah penunggang kuda nan tangkas…Seandainya Anda mengajak bicara orang yang ada di samping Anda, niscaya ia tidak memahami apa yang mereka katakan karena begitu gegap gempita suara mereka oleh bacaan al-Qur’an dan dzikir.” Lalu penguasa Damaskus itu menoleh kepada sahabat-sahabatnya seraya berkata,”Mereka mengamalkan sesuatu yang tidak mungkin kalian mampu melakukannya.” Dalam Tarikh at-Thabariy disebutkan,”Ketika kaum muslimin menaklukan Madain mereka mengumpulan semua harta rampasan perang. Ada seorang laki-laki membawa wadah untuk mengumpulkannya lalu ia serahkan kepada yang bertanggungjawab untuk dibagi. Orang-orang bertanya kepadanya,”Wow, kami belum pernah melihat yang seperti itu! Dari apa yang kami kumpulkan, tidak ada sesuatu pun yang senilai dengannya atau bahkan mendekatinya. Apakah kamu mengambilnya barang sebuah?’Laki-laki itu menjawab,’Demi Allah, jika bukan karena Allah aku tidak akan mengumpulkannya.’ Maka orang-orang pun mengerti bahwa orang itu bukan sembarang laki-laki. Mereka bertanya,’Siapakah Anda ini?’ Laki-laki itu menjawab,’Demi Allah, aku tidak akan memberitahukan kepada kalian karena aku khawatir akan pujian dan tidak akan kuberitahukan kepada kalian karena aku khawatir akan sanjungan. Sungguh, aku memuji Allah dan ridla terhadap pahala dari-Nya.’ Lalu mereka mnyuruh seseorang untuk membuntutinya sampai ketika ia telah berkumpul dengan teman-temannya, suruhan itu bertanya kepada mereka. Laki-laki itu adalah ‘Amir bin ‘Abdu Qais. At-Thabariy juga menyebutkan,”Ketika pedang, ikat pinggang, dan mahkota Kisra diserahkan kepada ‘Umar ra beliau berkata,’Sungguh, kaum yang menyerahkan semua ini adalah kaum yang benar-benar beramanah.’Mendengar hal itu ‘Ali ra berkata,’Sesungguhnya Anda bersikap ‘iffah (menjaga diri) sehingga semua rakyat pun memilih sikap yang sama.

PRINSIP DAN TAHAPAN DALAM GERAKAN ISLAM

PRINSIP DAN TAHAPAN DALAM GERAKAN ISLAM

DAN KEWAJIBAN MEMEGANG PRINSIP

Sebagian aktivis gerakan Islam – yang terpengaruh oleh perhelatan antar partai dan pertarungan di dunia pulitik – menganggap bahwa ketidakinginan Harakah Islamiyah atau aktivis lainnya memasuki bidang ini dengan menggunakan trik-trik persaingan dan provokasi yang dipergunakan partai-partai politik umumnya adalah cara berpikir yang kuno dan tidak mengerti akan taktik dan strategi. Mereka menganggabnya sebagai sebab utama keterlambatan gerakan Islam dalam mencapai tujuan. Mereka berpandangan bahwa mengurangi sedikit komitmen terhadap aqidah dan syariat akan memberikan peluang bagi gerakan Islam untuk lebih cepat bergerak dan mendapatkan kekuatan, yang akhirnya dapat meraih kemenangan. Menurut saya, pendapat ini salah, bahkan yang benar adalah sebaliknya. Wallahu A'lam.

Sesungguhnya kurangnya peluang gerak bagi gerakan Islam tidak sebesar kurangnya komitmen terhadap gerakan Islam itu sendiri. Yang berpandangan bahwa tahapan dan prinsip dalam gerakan Islam adalah dua hal yang bertentangan ialah orang-orang yang tidak mengerti karakter Islam dan tidak mengerti faktor-faktor kemenangan Islam.

Sesungguhnya keberhasilan gerakan Islam akan ditentukan oleh ghirah para Aktivis dalam memperjuangkan gerakan Islam dan komitmen mereka terhadap aturan-aturan Allah swt. Begitu juga sebaliknya, sikap menganggap sepele masalah ini adalah penyebab kemunduran dan kegagalan gerakan Islam.

Ketika ada keterlambatan dalam penaklukan Mesir, Khalifah Umar bin Khattab ra. Mengirim surat kepada Amru bin 'Ash sebagai panglima pasukan, yang berisikan, "Amma ba'du. Saya heran dengan keterlambatan kalian menaklukan Mesir. Sudah dua tahun kalian melakukan peperangan. Keterlambatan ini tidak lain adalah karena sifat cinta dunia yang merasuki kalian sudah seperti kecintaan musuh kalian terhadap dunia. Sungguh Allah SWT, tidak memberikan pertolongan kepada sebuah kaum kecuali karena niat mereka yang benar..".

Begitu juga dengan nasehat Umar bin Khattab kepada Sa'ad bin Abi Waqqash,"Wahai Sa'ad, jangan kamu tersanjung jika ada yang mengatakan bahwa kamu adalah paman dan sahabat Rasulullah saw, karena Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan, akan tetapi Allah swt menghapus keburukan dengan kebaikan. Allah swt tidak memiliki hubungan dengan seorang pun kecuali karena ketaatannya. Orang yang berpangkat dan yang jelata adalah sama dihadapan Allah swt. Allah adalah tuhan mereka dan mereka adalah para hamba-Nya. Mereka berbeda-beda dengan kesehatan mereka dan mereka akan mendapatkan apa yang ada di sisi Allah swt dengan ketaatan. Oleh karena itu, perhatikan hal-hal yang ada pada Rasulullah saw. Semenjak beliau diutus menjadi Rasulullah hingga beliau wafat, lalu laksanakanlah hal-hal tersebut. Inilah nasihatku kepadamu, jika kamu benci dan tidak menghiraukannya niscaya amal perbuatanmu akan sia-sia dan kamu akan merugi."

Multiorientasi dalam gerakan Islam menjadikan munculnya konsepsi-konsepsi yang kontradiktif sekitar gerakan Islam itu sendiri, antara lain. a) Apakah gerakan Islam bersifat islah (perbaikan) atau taghyir (pengubahan), b) Apakah gerakan Islam merupakan gerakan politik atau gerakan moral, c) Apakah gerakan Islam merupakan gerakan damai atau gerakan kekerasan. Banyak lagi keraguan dan kontradiksi-kontradiksi lain, yang diantaranya ada yang berhubungan dengan tema pada pembahasan ini dan berkaitan dengan konsepsi prinsip (Mabda'iyah) dan tahapan (Marhaliyah) dalam gerakan Islam. Mabda'iyah dalam gerakan Islam adalah sikap komitmen secara total terhadap syariat Islam yang tersurat dalam semua ucapan dan perilaku, tanpa menganggap sepele atau mengajukan tawar menawar. Sebagai implementasi terhadap firman Allah swt dalam surat Al-Ahzab : 36,"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."

Mabda'iyah adalah tidak menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, sebagaimana yang diajarkan oleh teori Machiaveli dan taori Materialisme. Marx berkata,"Perjuangan untuk mewujudkan Komunisme dapat menghalalkan segala cara yang semestinya tidak dibenarkan". Lenin berkata,"Seorang pejuang Komunis hendaklah menggunakan segala macam tipu daya dan kecurangan, karena perjuangan untuk mewujudkan Komunisme dapat menghalalkan segala cara yang ditempuh. Harus dipahami bahwa Komunisme adalah tujuan mulia. Bahwa untuk mewujudkan tujuan yang mulia seringkali berkonsekuensi dipergunakan cara-cara yang tidak mulia. Oleh karena itu, komunisme menghalalkan segala cara yang bertentangan dengan moral selama cara-cara itu berperan dalam mewujudkan Komunisme." Machiaveli berkata dalam bukunya yang berjudul Al-Amir, "Setiap pemimpin hendaklah bertekad untuk menang dan menjaga dominasi kekuasaan. Saat itu setiap cara yang ditempuh menjadi halal dan mulia di mata orang banyak, karena yang menjadi tolok ukur bagi orang awam adalah hasil yang mereka lihat." Dia juga berkata,"Kemenangan akan menghapus ketidakteraturan cara-cara yang pernah ditempuh, sebagaimana kekalahan menghapus persiapan-persiapan yang rapi."

Mabda'iyah adalah menolak segala solusi kecuali dengan syariat Islam. Rasulullah saw pernah berkata kepada pamannya; Abu Thalib,"Wahai paman. Demi Allah, jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkan dakwah ini atau aku binasa demi memperjuangkan dakwah ini."

Mabda'iyah adalah hendaknya kita selalu berusaha keras untuk mencapai tujuan utama keberadaan kita di muka bumi ini, yakni menjadikan segenap manusia beribadah kepada Allah swt. Allah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat,"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku."

Mabda'iyah adalah hendaknya yang mendorong kita memperjuangkan Islam adalah keridhaan Allah swt, dan bukan keuntungan duniawi. Kita tidak berhak untuk mengucapkan atau melakukan yang tidak benar dan kita tidak berhak untuk berada di jalan yang tidak benar, atau mencampuradukkan antara yang haq dengan yang batil. Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi : 29," Dengan perkataan itu niscaya Allah swt, menenggelamkan mukanya tujuh puluh tahun di dalam neraka jahanan. Aku diperintahkan untuk mengatakan yang benar, walaupun itu terasa pahit. Aku diperintahkan untuk mengatakan yang benar, dalam menegakkan ajaran Allah, aku tidak takut terhadap cacian orang-orang yang mencaci." Dan katakanlah, "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir."

Kebanyakan orang tidak keberatan manakala pada dirinya bercampur aduk antara nasionalisme dengan Islam, antara Arabisme dengan Islam, antara Sosialisme dengan Islam atau antara Demokrasi dengan Islam. Sikap seperti ini telah keluar dari Mabda'iyah, dan syariat Islam. Kebanyakan orang tidak keberatan untuk berjalan beriringan dan bekerja sama dengan penguasa thaghut. Padahal sikap seperti ini bertentangan dengan Mabda'iyah dan syariat Islam.

Yang dimaksud dengan Marhaliyah adalah tahapan dalam bekerja dan perpindahan dari satu tahap ke tahap yang lain baik secara kualitas maupun kuantitas, akan tetapi tetap dalam koridor Mabda'iyah. Marhaliyah adalah perlunya melakukan semua usaha baik materi maupun immateri demi terwujudnya tujuan utama. Marhaliyah adalah pengadaan pos-pos kerja. Setiap pos menandakan berakhirnya suatu tahap tertentu.

Marhaliyah dalam dakwah Rasulullah saw sangat nyata dan jelas meskipun tujuan utamanya adalah menjadikan seluruh manusia beribadah kepada Allah swt. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin terlepas dari ingatan para aktivis. Pada tahap manapun mereka sedang berdakwah. Sebagian besar penulis sejarah Sirah Nabawiyah berpendapat bahwa dakwah Rasulullah saw melewati empat tahapan : 1). Dimulai dari bi'tsah (kenabian) dan dilanjutkan dengan dakwah sirriyah yang berlangsung hingga tahun ketiga dari bi'tsah. Pada saat itu generasi pemula telah dipersiapkan. Tahapan ini bisa disebut dengan Marhalah Takwin (fase pembentukan). 2). Dimulai dari turunnya perintah Allah swt kepada Nabi-Nya agar memulai dakwah jahriyah kepada keluarga dan sanak kerabatnya diterangkan dalam surat As-Syu'ara ayat 213-220, tahapan ini disebut Marhalah Tabligh (fase penyampaian). 3). Dimulai pada tahun kesepuluh bi'tsah, yaitu ketika Rasulullah saw mulai melakukan dakwah kepada seluruh umat manusia. Beliau berdakwah di Pasar Ukadh, Dzul Majaz dan Mina seraya menunggu kafilah-kafilah yang datang dari penjuru Jazirah Arab guna menyampaikan risalah yang diberikan oleh Tuhannya, hingga dakwah Islam dapat merambah Madinah. Tahapan ini disebut dengan Marhalah Intisyar (fase penyebaran). 4). Dimulai dari peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah dan dengan turunnya firman Allah swt surat Al-Hajj ayat 39-41, Marhaliyah ini memiliki karakter dengan langkah-langkah praktis dan langkah-langkah jihad yang akhirnya berhasil mendirikan Pemerintahan Islam Pertama. Tahapan ini disebut Marhalah Tanfidh (fase pelaksanaan).

Dengan memperhatikan keempat tahapan yang dilalui oleh Dakwah Islam pertama niscaya akan mendapati kesamaan orientasi, yaitu keinginan yang sangat kuat untuk memberikan motivasi dan melakukan konsekuensinya. Pada Marhalah Takwin, Waraqah bin Naufal, saudara Ummul Mu'minin Khadijah ra menggambarkan karakter dakwah Rasulullah saw," Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kamu adalah Nabi untuk Umat ini. Kamu telah didatangi oleh Malaikat Jibril yang Agung. Sungguh kaum-mu akan mendustakan, menyakiti, mengusir dan memerangimu."

Pada Marhalah Tabligh, orang-orang Quraisy melakukan penyiksaan yang tiada tara terhadap orang-orang yang mengikuti ajaran Islam, baik yang berupa siksaan fisik, blockade ekonomi, ataupun yang lain. Pada Marhalah Intisyar, upaya orang-orang Quraisy untuk memerangi dan memberangus Islam semakin kuat dan beragam, hingga Rasulullah saw mengizinkan kepada para pengikutnya untuk hijrah ke Habasyah. Meskipun para sahabat yang hijrah ke Habasyah adalah sebagai pengungsi akan tetapi mereka tidak mau menggadaikan Agama mereka sedikit pun. Tatkala mereka masuk menghadap Rasa Najasyi. Saat itu orang-orang yang berada di sekelilingnya bersujud, lalu seorang pengawal memerintahkan kepada mereka untuk bersujud kepada sang Raja, maka Ja'far bin Abu Thalib ra menjawab, "Kami adalah kaum yang tidak sujud kecuali kepada Allah".

Pada Marhalah Tanfidz, pertentangan antara kaum muslimin dengan seluruh kekuatan kafir mencapai puncaknya. Dari dalam wilayah kekuasaan sendiri, kaum muslimin harus menghadapi makar yang dilakukan oleh orang-orang musrik dan orang-orang Yahudi. Dari luar wilayah kekuasaan, kaum muslimin harus menghadapi tantangan dari orang-orang Kristen dan Majusi. Hingga Allah swt menampakkan yang haq dan menghancurkan yang batil karena sesungguhnya yang batil itu pasti akan hancur.

Marhaliyah sama sekali bukan berarti adanya legitimasi untuk keluar dari prinsip-prinsip Islam, tidak berarti adanya legitimasi untuk mengikuti aturan-aturan Jahiliyah. Tidak berarti adanya legitimasi untuk menghapus tujuan-tujuan dasar gerakan Islam. Tahapan bisa berarti berbeda langkah, sarana atau metode, akan tetapi sekali-kali tidak boleh menghapus atau membelokkan tujuan dasar gerakan Islam. Jika tujuan dan orientasi gerakan Islam tidak diperjelas dalam setiap tahapannya, maka bisa dipastikan gerakan Islam tanpa disadari akan berbelok arah yang membawanya keluar jalur jauh dari tujuan yang digariskan.

Abdullah Al Muttaqien

KOKAM

KOKAM